Pencegahan Penyakit




1. Pada tahap awal budi daya, sterilkan kolam dengan sabun cuci cair/kaporit, lalu bilas dengan air hingga bersih.
2. Rendaman secara langsung benih yang baru ditebar ke dalam kolam pembesaran dengan larutan garam. Misalnya, untuk kolam seluas 6 m2 dengan ketinggian air 10-15 cm, cukup
diberi 2-3 genggam garam ikan.
3. Jaga agar air kolam tetap bersih dengan menggantinya secara rutin.
4. Hind
ari pemberian pakan berlebihan.
5. Hindari membeli benih yang sakit.
6. Hindari penggunaan fasilitas budi daya yang tercemar penyakit. Sebaiknya, peralatan tersebut direndam dalam larutan kaporit selama semalam sebelum digunakan. Cuci dan bilas peralatan hingga bersih sebelum digunakan kembali.
7. Kuras dan cuci kolam setiap akhir panen menggunakan sabun cair, lalu rendam dengan larutan kaporit selama semalam. Bilas dengan air hingga bersih sebelum digunakan kembali.
Perlakuan Terhadap Ikan Sakit
Bila ikan terlanjur diserang penyakit, yang pertama muncul dibenak peternak adalah upaya mengobatinya agar cepat sembuh. Sebagian pembudidaya lele memberikan obat secara langsung ke ikan yang sakit, baik ditaburkan atau dituangkan langsung ke dalam kolam. Padahal, itu bukanlah tindakan yang benar karena justru bisa menyebabkan ikan bertambah stres, bahkan terkadang bisa menimbulkan kematian mendadak.
Perlu diketahui, ikan yang sakit mengalami stres luar biasa. Tenaga dan nafsu makannya pun menurun sehingga perlu perlakuan khusus agar penyakitnya tidak bertambah parah. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan peternak di antaranya mengganti dan menurunkan ketinggian airnya, memberi obat, serta menurunkan ukuran pakan dan frekuensi makannya. Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat stres ikan karena serangan penyakit. Berikut adalah cara yang efektif menangani ikan sakit.
1. Kuras total air kolam, lalu bersihkan.
2. Bilas ikan dengan menyemprotkan air bersih menggunakan selang sehingga lendir dan lumut terbuang,
3. Ketinggian air kolam diturunkan antara 5-7 cm atau setinggi panjang ikan. Tujuannya agar ikan tidak terlalu banyak bergerak.
4. Gunakan air yang telah diberi obat dan telah diendapkan selama semalam untuk membunuh/melemahkan bakteri di dalam air.
5. Turunkan ukuran pakan menjadi lebih kecil dari ukuran normal yang biasa diberikan. Selama sakit, nafsu makan ikan menurun dan bila dipaksakan kemungkinan pakan tidak dimakan sehingga kondisi air menjadi rusak akibatnya ikan bertambah sakit atau mati.
6. Kurangi frekuensi pemberian pakan, cukup 1 kali sehari.
7. Bila selera makan ikan mulai pulih, frekuensi pemberian pakan bisa ditingkatkan, misalnya menjadi 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Ketinggian air bisa dinaikkan bertahap sesuai kondisi kesehatan ikan.
8. Lakukan prosedur perlakuan terhadap ikan sakit selama 5 hari berturut-turut.
Seperti halnya manusia sakit, dokter pun akan menyarankan agar jumlah makannya dikurangi. Makanannya pun harus lembut agar mudah terserap, seperti bubur. Banyak gerak pun pasti dilarang agar cepat sembuh. Demikian juga dengan ikan yang sakit, agar cepat sembuh tenaganya tidak boleh banyak terkuras. Hal ini bisa disiasati dengan menurunkan ketinggian air kolam. Ukuran pakanya juga harus dikecilkan agar pencernaannya bisa menyerap, begitu juga frekuensinya. Berikut cara pemberian pakan yang dianjurkan selama ikan sakit.
Perlakuan Terhadap Ikan yang Keracunan
Kematian ikan dapat juga disebabkan oleh keracunan, baik karena salah pemberian obat atau dosis obat terlalu tinggi. Keracunan juga bisa disebabkan oleh pakan yang busuk atau membusuk di dasar kolam, misalnya cacing sutera yang mati di dasar. Air yang sudah terlalu lama tidak diganti juga dapat membuat ikan keracunan Ikan yang keracunan akan lemas, menggantung di permukaan air, pucat, kemudian mati.
Penanganan yang tepat masalah keracunan adalah memindahkan ikan yang sakit sesegera mungkin ke kolam lain. Kolam lainnya harus berisi air steril yang telah diendapkan. Cara lainnya adalah menghindari pembuangan/penyusutan air kolam ikan keracunan dan menunggunya sampai habis, lalu ikan baru dipindahkan atau diisi air baru. Hal itu karena prosesnya terlalu lama sehingga ikanya,annya keburu mati lemas.
Faktor Non-Penyakit
Perubahan suhu ekstrim adalah perubahan mendadak dari panas ke dingin atau dingin ke panas. Hal itu merupakan masalah besar dalam budi daya ikan lele dan dapat mengakibatkan lele mati serentak dalam kolam. Pada musim hujan, air hujan yang masuk ke kolam tanpa tutup bisa menggantikan setengah air kolam yang ada. Air pun mendadak dingin dan akan berakibat fatal bagi benih kecil berumur di bawah satu bulan, yaitu kematian mendadak. Daerah yang perbedaan suhunya ekstrim antara siang dan malam han juga bisa menyebabkan benih mati, kecuali jika budi daya dilakukan secara indoor.
Mengatasi Suhu Dingin Ekstrim
1. Bila terjadi hujan mendadak yang awalnya panas, suhu air akan mendadak dingin. Caranya, buang setengah air dan gantikan dengan air baru langsung dari sumur.
2. Tambahkan garam ikan 2-3 genggam untuk menetralisir pH air.
3. Hasil akan lebih efektif bila ditebar bubuk batu zeolit berbentuk serbuk sebanyak 1-2 sendok makan yang diseduh dengan air dingin, lalu ditebar ke kolam (penetral pH dan suhu air).
4. Jika wadah tidak terlalu besar, bisa menggunakan water heater (pemanas air).
5. Lakukan hal ini jika terjadi perubahan suhu mendadak, baik hujan atau akibat fluktuasi suhu ekstrim antara siang dan malam.
Mengatasi Suhu Ekstrim Panas
1. Untuk kolam terpal, hindari kontak langsung antara terpal dengan tanah, yaitu dengan cara diberi sekam atau serbuk gergaji sebagai alas. Tambahkan pula air yang telah diendapkan 2-3 hari hingga 50% untuk menurunkan suhu.
2. Kolam terpal dibuat di tempat teduh atau diberi atap dari terpal atau asbes agar sinar matahari tidak langsung mengenai kolam.
3. Untuk kolam indoor, usahakan agar fentilasi udara cukup sehingga uap panas tidak menumpuk di dalam ruangan. Gunakan kipas (exhaust fan) untuk sirkulasi udara.
4. Batu es juga bisa dimasukkan ke dalam kolam untuk menurunkan suhu air.
Studi Kasus : Lele Sakit Diobati dan Terus Dibesarkan
Oleh karena penanganan yang kurang baik, sebulan menjelang panen tiba-tiba lele Mr. A telah terserang berbagai penyakit. Dan Kira – Kira 50% lele terserang oleh penyakit dan mati. Lalu, untuk menyelamatkan sisanya, apa tindakan yang akan Mr. A lakukan?
Mungkin sebagian besar dari peternak akan berpendapat lebih baik untuk diteruskan saja ternak lele nya. Boleh saja, tetapi apabila tujuan dari awalnya adalah untuk komersial, sikap seperti itu tampaknya kurang baik. Mengapa demikian? Memelihara dan membesarkan ikan lele yang telah jatuh sakit seperti perumpamaan mengharapkan salju turun di wilayah Indonesia. Tidak ada kepastian akan hal itu.
Biasanya, lele akan diobati dengan bahan obat kimia yang berguna mencegah dari penularan. Namun, selama dalam proses pengobatan tersebut, sebagian atau sekitar 20-30% lele akan mati lagi dikarenakan daya tahan tubuh lele tersebut semakin lemah. Karena penasaran, peternak akan terus berusaha dalam meneruskan pengobatan dan proses pemeliharaan. Namun, Anda tidak akan pernah tahu persis berapa jumlah ikan yang akan tersisa dan bisa dipanen.
Pertanyaannya, apakah dari hasil panen tersebut bisa menutupi dari biaya pengobatan, pakan, dan tenaga yang telah dihabiskan? Selain dari itu, waktu untuk pemeliharaan pasti akan membutuhkan waktu lama dikarenakan perlu waktu dalam penyembuhannya agar nafsu makan ikan lele kembali normal. Yang jelas, kerugian yang akan diterima dari peternak seperti hal berikut.
1. Harus membeli obat-obatan untuk mengobati lele yang telah sakit.
2. Harus membuang lele yang sakit dan telah mati.
3. Harus mengontol kebersihan air kolam atau mengurasnya sesering mungkin.
4. Harus ada waktu yang terbuang karena menun’ggu penyembuhan lele.
5. Waktu panen lebih lama karena pertumbuhan lele sudah tidak maksimal.
6. Tidak bisa diprediksi persentase lele yang tersisa dan bisa dipanen.
7. Lele sakit akan tidak laku untuk dijual.
Normalnya, pada proses segmen pembesaran, lele dapat dipanen dalam waktu sekitar 60 hari apabila benih lele yang ditebar sudah berukuran 7-8 cm. Namun, Apabila memelihara lele yang telah sakit, belum tentu bisa panen dalam waktu sekitar 3-4 bulan.
Solusi Dalam Penyakit Lele
Jika lele telah terserang seperti penyakit menular, Anda harus berani dalam mengambil sikap dan keputusan yang jelas. Agar tidak merasa penasaran, anda harus dipertimbangkannya dengan baik, yakni memelihara ikan yang telah jatuh sakit atau membuang semua lele yang telah sakit dan memulai lagi dari pembibitan.
Tetap Memelihara Ikan Sakit
Bagi Anda yang penasaran dan sebagai proses dalam pembelajaran, tidak ada salahnya apabila bila mencoba untuk memelihara ikan lele yang telah sakit sehingga dapat mengetahui hasilnya. Berikut langkah yang harus dilakukan.
1. Ganti atau kuras air sesering mungkin.
2. Ambil kotoran yang ada dengan selang, baik berupa feses atau sisa pakan.
3. Beri antibiotik alami yang berupa daun pepaya yang telah di tumbuk dan dihaluskan atau beri garam ke dalam kolam. Dosisnya disesuaikan dengan jumlah populasi ikan dan ukuran kolam ikan lele. Misalnya, kolam ikan lele yang berukuran 3 m x 4 m x 0,7 m dengan populasi ikan lele 1.250 ekor lele cukup diberikan dengan 2 genggam garam atau satu lembar dari daun pepaya yang telah dilembutkan.
4. Kurangi pemberian pakan.
5. Amati perkembangan ikan lele yang telah diobati sampai panen lele tiba. Apakah Anda akan mendapatkan Panen air atau panen ikan? Temukan sendiri jawabannya setelah melakukannya.
Lele Mati Akibat Salah Penanganan
Selain penyakit ikan lele dan faktor alam, kematian ikan lele juga dapat disebabkan oleh salah penanganan dari peternak. Misalnya pemberian cacing sutra yang sudah mati pada benih ikan lele, ukuran pakan terlalu besar/terlalu banyak ketika memberikan sehingga kondisi air cepat rusak. Bisa juga diakibatkan oleh penyerokan yang kasar ketika melakukan sortasi ikan, perhitungan ikan, pengiriman ikan, tidak diaklimatisasi, air tidak diendapkan, atau kepadatan popolasi ikan lele yang tinggi di wadah penampungan. Semua kejadian tersebut dapat untuk dihindari apabila peternak mengerti dan memahami caranya budidaya lele yang baik.
Berikut ini ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya salah penanganan pada lele.
1. Lakukan management proses pengelolaan air yang baik, endapkan air sebelum digunakan, khususnya untuk benih.
2. Berikan pakan sesuai dengan umur/ukuran ikan dan jumlahnya tidak berlebihan.
3. Lakukan aklimatisasi/adaptasi pada saat penebaran benih di kolam baru.
4. Puasakan ikan selama 12-24 jam sebelum melakukan proses sortasi/panen, terutama apabila merencanakan mengganti ukuran pakan lele yang lebih besar.
5. Puasakan benih yang baru disebar di kolam yang baru, sekitar 3-4 jam sebelum ikan diberi pakan.
6. Bila pelet untuk benih akan diganti ukurannya, sebelumnya pelet lebih baik dilembabkan dengan air terlebih dahulu agar pelet mengembang sehingga benih mudah mencernanya.
7. Jangan memberi pakan seperti cacing sutera yang telah mati pada benih dikarenakan cacing sutra uang telah mati dapat menyebabkan keracunan pada ikan lele yang berdampak kematian.
8. Lakukan pengeringan air, penyerokan, perhitungan ikan, pengemasan ikan, dan pengiriman ikan lele dengan cara yang sesuai dan benar agar ikan lele tidak stres/mati. Isi wadah pengiriman dengan kepadatan yang sesuai.
9. Lakukan pemanenan lele /sortasi lele pada saat pagi/sore hari agar ikan tidak stres akibat kepanasan.
Membuang Lele Sakit dan Memulai Lagi
Membuang lele sakit dan memulai usaha dari awal adalah solusi terbaik yang bisa dilakukan. Jadi, lebih balk rugi sedikit daripada meneruskan memelihara lele yang sakit. Sudah lelah memeliharanya, tetapi tetap saja merugi. Pilihan ada di tangan Anda.
Buang semua ikan yang sakit, lalu sterilkan kolam dan peralatan yang digunakan. Mulailah beternak atau membesarkan lele lagi dari awal dengan metode pemeliharaan yang benar dan prinsip mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Belajarlah dari kegagalan sebelumnya sehingga tidak terulang.